Kalau jodoh harus dijemput, jangan pernah
membuat orang yang kamu jemput itu menunggu. Jikapun terpaksa, tak perlu
berlama-lama. Karena dia akan sampai pada jodohnya, dengan atau tanpa kamu.
Kalau memang dia adalah jodoh kamu, kamu akan membersamainya. Tapi jika dia
bukan jodoh kamu, tolong jangan jadi penghalang baginya untuk menemukan jodoh
yang lebih tepat daripada kamu. Lakukan apa saja selama itu baik untuk
mendapatkannya, tapi jangan pernah memintanya menunggu tanpa kepastian.
Menunggu saja sudah melelahkan, apalagi ditambah dengan ketidakpastian. Tentu
berkali-kali lebih melelahkan.
Kamu memintaku untuk bersabar atas nama
cinta. Kamu harus tahu, tak mau menunggu bukan berarti aku tidak sabar. Aku
hanya berusaha untuk bergerak dari satu takdir ke takdir lainnya. Dari seorang
kamu ke laki-laki lain, yang semoga jauh lebih baik dan tepat untuk menggenapi
hidupku kelak. Lagipula, perempuan yang cerdas harusnya menyadari, bahwa tidak
semua laki-laki layak ditunggu untuk menggenapi hidupnya. Dan maaf, laki-laki
yang tidak bisa memberi kepastian adalah salah satu golongan laki-laki yang
tidak layak untuk ditunggu.
Kamu bilang, cinta itu butuh pengorbanan.
Dan menunggu adalah salah satu bentuknya. Aku juga ingin bilang, cinta itu
tanggung jawab. Jadi jangan bicara tentang cinta jika kamu tidak berani untuk
mengambil tanggung jawab atas kehidupan dunia akhirat perempuan yang katanya
kamu cintai itu. Tanggung jawab yang selayaknya kamu ambil dengan menggenapi
hidupnya. Bukan malah menghindar dari tanggungjawab yang kamu bungkus dengan
kalimat; tunggu, sampai aku benar-bena siap. Laki-laki yang bertanggung jawab
itu memberikan komitmen, bukan sekedar janji. Dan tak ada komitmen yang bisa
berdiri kokoh di atas ketidakpastian.
Kamu bilang, cinta itu butuh pengorbanan.
Mungkin ada benarnya. Tapi cinta yang tulus, tidak akan pernah menyakiti.
Mungkin akan membutuhkan banyak pengorbanan, tapi pengorbanan yang
membahagiakan. Bukan pengorbanan yang disesali. Dan tak ada bahagia-bahagia
nya perempuan yang menunggu laki-laki
yang tidak memberi kepastian. Jikapun ada, itu sedikit sekali dibandingkan
dengan rasa cemas dan khawatir yang dirasakan. Dan kebahagian yang sedikit itu
juga bukan berasal dari proses menunggu, tapi dari proses berharap, yang rentan
sekali mendatangkan kecewa.
Memang, tidak semua orang beruntung bisa
memiliki orang yang dicintainya, tapi kita selalu bisa mencintai siapa yang
sudah kita miliki. Memang, menyenangkan memiliki apa atau siapa yang kita
cintai. Tapi kita bukan hanya bisa memulainya dari mencintai, kita juga bisa
memulainya dari memiliki. Tak mesti mencintai dulu lalu memiliki. Bisa juga
bisa memiliki lantas mencintai. Bahkan seharusnya, mencintai apa yang sudah
kita miliki jauh lebih mudah daripada mencintai apa yang belum kita miliki. Dan
aku tak mau hidupku jadi lebih rumit hanya karena ketidakpastian darimu